US's Urban Legend
Kisah ini di alami seorang pemuda yang bekerja sebagai pengurus makam. Ia memang takut pada mayat, namun apa daya, membutuhkan uang. Dan kerjaannya juga hanya membersihkan area makam saja.
Suatu hari ia ditugasi untuk membersihkan ruang bawah tanah, dengan berat hati ia menerima tugas itu. Selain karena banyak peti mati, di sana juga sangat lembab, gelap dan berdebu. Kebiasaan orang bangsawan eropa dulu memang tidak menguburkan mayat, tapi menyimpannya di ruang bawah tanah.
Singkat cerita ia membersihkan papan-papan nama di ruang bawah tanah. Namun tak terduga ada angin yang berhembus kencang, dan menutup pintu ruang bawah tanah itu. Pria itu langsung panik, dan mencoba membuka pintu. Namun sia-sia, pintu itu sudah terkunci dari luar.
Ia juga mencoba memanggil orang yang ada di sekitar makam yang mungkin mendengarnya. Ia berteriak sekeras-kerasnya, namun percuma juga, tak ada yang mendengarnya. Ia benar-benar terkunci di ruangan penuh mayat. Ia mencoba menenangkan diri, dan melihat jendela di atasnya. Cahaya matahari senja masuk melalui jendela itu.
Akhirnya ia mendapatkan akal. Ia pikir ia bisa keluar melalui jendela itu. Ia menumpuk peti mati itu sebagai tangga. Mengalahkan rasa takutnya ia pun mengangkat peti-peti itu, tak terduga ternyata peti-peti itu ringan. Mungkin karena mayat di dalamnya sudah tersisa tulang belulang saja ia pikir.
Setelah berhasil menumpuk beberapa peti ia pun mulai naik. "Aww." ia merasakan sakit di tumitnya, mungkin tergores peti ia pikir. "Aww." ia merasakan lagi perih di kakinya. Tapi ia terus naik tanpa mengindahkannya. Akhirnya ia berhasil keluar dari ruang bawah tanah itu.
Pemuda itu berjalan kepincangan menjauhi ruang bawah tanah itu. Tak lama ia bertemu dengan bosnya. "Apa yang terjadi padamu" tanya bosnya keheranan.
Ia pun menceritakan semua yang terjadi.
"Lalu kenapa kau berjalan terpincang?"
"Tadi saya tergores kayu"
Bosnya memeriksa kakinya untuk mengobatinya, dan ia menatap pemuda itu dengan wajah pucat. "Ini bukan goresan kayu, nak"
"Lalu apa?"
"Ini gigitan manusia"
0 komentar:
Posting Komentar