Kisah ini berawal dari kami pindah rumah. Padahal sebelum ini keluarga kami bisa dibilang normal dan bahagia. Tapi setelah aku dan adikku, Daniel, menemukan mahluk kecil itu semua nasib sial menghampiri.
"Nah ini dia." Dad menunjukkan rumah yang sangat besar kepada kami untuk menjadi tempat tinggal kami yang baru. Sebenarnya aku dan Daniel sering bersepeda kemari dan mengagumi rumah ini, jadi pindah ke rumah ini seakan mimpi. Rumah ini sangat luar biasa, rumah tiga lantai dengan teras yang luas. "Hei bantu kami membereskan semua barang, itu sebabnya kalian diizinkan membolos sekolah" ujar Dad membuyarkan lamunanku.
Ku lihat Daniel langsung menggeledah sebuah kardus di rumput, kardus it bertuliskan KARTU DAN KOMIK. "Hei, anjingnya mana?" aku berseru padanya. "Daniel! Killer tidak kelihatan" tapi dia hanya mengangkat bahu. "Oke, aku akan mencarinya" kata Daniel sambil meletakkan kartu bisbol. Aku juga bergegas ke dapur, sampai di sana aku langsung lemas. Dapur itu sangat luas dan penuh dengan kabinet.
Setelah kabinet pertama selasai aku mundur untuk mengagumi hasilnya. Lalu aku berlutut untuk membersihkan kabinet di bawah tempat cuci piring. Saat mulai membersihkan tiba-tiba tanganku ada yang mencengkeram. Aku berteriak spontan, tapi keluar suara tawa dari sana. Ternyata Daniel menjahiliku. "Hahaha, aku berlari ke sini saat kau masih teras tadi. " ujarnya dengan senangnya. "Dan Killer sebenarnya tidak perlu dicari, aku menyembunyikannya di bawah" dia menambahkan.
Tak lama kemudian terdengar lagi suara mencurigakan dari dalam kabinet. Killer masuk ke dapur dan menggeram ke arah kabinet. Ini aneh sekali pikirku, karena baru kali ini ku lihat Killer menggeram. Ia mengeluarkan sesuatu dari sana. Bentuknya seperti spons usang yang berwarna coklat, dan Killer terus menyalak kepadanya.
Ku ambil benda spons itu, dan Killer seperti mau menggigitku. "Killer!" seruku "Anjing nakal". Killer pergi ke pojok karena malu. "Wah hebat sekali, benda ini bernafas" aku kembali berseru.
Aku menyesal telah mengambil spons itu, karena setelah itu aku banyak mengalami kesialan. Dimulai dari dimarahi oleh Mum karena berebut dengan Daniel. Dilanjutkan dengan Dad yang jatuh dari tangga ketika sedang memasang lampu, dan aku disangka mendorong jatuh tangganya.
Dan kesialan semakin sering terjadi setelah itu. Setiap setelah kesialan terjadi padaku spons itu selalu berdenyut kencang, seperti tertawa senang melihat penderitaanku. Contohnya ketika aku bersepeda kemudian terjatuh dan hampir terlindas mobil, spons itu seperti melompat-lompat karena girang.
Karena kesal kucoba menyingkirkan mahluk itu. Saat itu ku bawa dia ke dapur dan ku hancurkan dengan alat penghancur sampah di tempat cuci piring. "Tamatlah riwayatnya" aku berhasil menghancurkan spons sial itu. "Tidak, spons itu belum lenyap" kata adikku terbengong. Ku lihat kembali ke tempat cucian piring, ternyata benar. Mahluk itu kembali utuh dengan bentuknya yang terlihat semakin menyebalkan.
"Aku benci kau!" ku bentak spons itu, tapi ia justru seperti kesenangan dibentak. Tak lama kemudian Daniel kembali ke dapur setelah sebelumnya berlari ke kamar. "Barangkali ini bisa membantu" ia menyodorkan buku Ensiklopedia Keanehan. "Aku meminjamnya di perpustakaan kemarin" ia menambahkan.
Aku mulai mencari dan ku temui gambar yang serupa dengan spons itu. Ku lihat keterangan gambar itu, "Ini seekor Grool" apa itu Grool? aku bertanya dalam hati. Kuteruskan membaca "Mahluk dongeng yang hidup di masa lalu, Grool tidak perlu makan apapun. Dia mendapat kekuatan dari nasib buruk."
"Ini tidak masuk akal" gumamku. Tapi aku mengalaminya sendiri, jadi mau tak mau akupun mempercayainya. Aku langsung fokus ke cara membunuhnya dan ku temukan "Grool tidak bisa disingkirkan dengan cara kekerasan" aku berfikirk keras, bagaimana cara menyingkirkan benda ini.
Aku tertarik dengan gambar di halaman selanjutnya. Bentuknya menyerupai kentang dan mulutnya dipenuhi dengan gigi tajam. Ku baca keterangannya "Lanx adalah sepupu Grool. Tapi Lanx jauh lebih berbahaya." aku sedikit merinding dan meneruskan membaca "Begitu menempel pada seseorang , Lanx takkan lepas lagi-sampai selesai menghisap setiap tetes energi dari orang tersebut"
Aku kembali memikirkan Grool itu. Tidak bisa disingkirkan dengan cara kekerasan, aku terus memikirkannya. Tak lama kemudian aku tersenyum. "Akhirnya ku temukan cara membunuhnya" aku bergumam.
Dengan berat hati kuangkat Grool yang berdenyut-denyut dari tempat cucian. Ku pegang dengan lembut, pelan-pelan ku belai dengan sayang. "Mari tidur, Grool kecil, aku sayang kamu. Tidurlah dengan nyenyak, Grool kecil, la la la la" aku bernyanyi semerdu mungkin. "Apa kau sudah mulai gila?" kata adikku keheranan dengan tingkahku. "Sssst!" aku menempelkan jari ke bibirku, kemudian aku menunjuk si Grool "Lihat nih."
Mahluk itu terlihat mengkerut dan berdenyut sekali-kali. Aku terus bernyanyi dengan merdu dengan sayang. Grool itu semakin mengkerut dan mengering di tanganku. Ku angkat spons kerut itu dan menciumnya. Dan tak lama kemudian dia menjadi serpihan kecil melayang-layang di udara. "Beres"
"Tapi bagaimana dia bisa lenyap" tanya adikku keheranan. "Aku menemukan ide ini setelah tahu bahwa dia tidak bisa disingkirkan dengan kekerasan." aku menjawab adikku. "Grool itu saking jahatnya sampai ia tidak tahan disayangi, itulah kesimpulan yang kudapatkan". "Hebat!" seru Daniel.
Ku raih kantong belakangku dan mengeluarkan sejumlah uang. "Hari ini harus dirayakan, kita akan makan es krim sepuasnya". Kami pun segera berlari menuju toko es krim terdekat. Tak lama kemudian kami sampai di toko itu. "Kami minta meja untuk tiga orang." ujar Daniel sambil nyengir. Si pelayan mengantar kami ke meja dan menyerahkan daftar menu. Kami benar-benar senang hari itu karena Grool itu akhirnya pergi juga dan disempurnakan dengan pesta es krim sorenya.
Setelah kenyang kami pulang ke rumah. Aku masuk ke rumah lewat pintu dapur, dan ku lihat Killer menggeram ke kabinet bawah tempat cuci piring. "Hei Killer, kami sudah kenyang makan es krim, sekarang giliranmua" ujarku sambil memberikan semangkuk makanan anjing.
Tapi Killer tidak menggubrisku dan terus menggeram ke arah kabinet. Ku buka pintu kabinet. "Tuh lihat, tidak ada apa-apa disana". Killer memasukkan kepalanya kedalam kabinet, dan kemudian keluar dengan menggigit sesuatu. Ku ambil benda itu "Oh, tenang saja ini hanya sepotong kentang". Aku hendak meyerahkannya kepada Daniel. Tapi tiba-tiba aku tertusuk benda tajam. "Aduh!" aku terkaget.
Kentang itu ku balik di tanganku. Rasanya hangat, dan aku merasakan ia menarik nafas. "Daniel, kayaknya ada yang tidak beres nih." Kentang itu ternyata punya mulut yang penuh gigi tajam.
Tak lama kemudian terdengar lagi suara mencurigakan dari dalam kabinet. Killer masuk ke dapur dan menggeram ke arah kabinet. Ini aneh sekali pikirku, karena baru kali ini ku lihat Killer menggeram. Ia mengeluarkan sesuatu dari sana. Bentuknya seperti spons usang yang berwarna coklat, dan Killer terus menyalak kepadanya.
Ku ambil benda spons itu, dan Killer seperti mau menggigitku. "Killer!" seruku "Anjing nakal". Killer pergi ke pojok karena malu. "Wah hebat sekali, benda ini bernafas" aku kembali berseru.
Aku menyesal telah mengambil spons itu, karena setelah itu aku banyak mengalami kesialan. Dimulai dari dimarahi oleh Mum karena berebut dengan Daniel. Dilanjutkan dengan Dad yang jatuh dari tangga ketika sedang memasang lampu, dan aku disangka mendorong jatuh tangganya.
Dan kesialan semakin sering terjadi setelah itu. Setiap setelah kesialan terjadi padaku spons itu selalu berdenyut kencang, seperti tertawa senang melihat penderitaanku. Contohnya ketika aku bersepeda kemudian terjatuh dan hampir terlindas mobil, spons itu seperti melompat-lompat karena girang.
Karena kesal kucoba menyingkirkan mahluk itu. Saat itu ku bawa dia ke dapur dan ku hancurkan dengan alat penghancur sampah di tempat cuci piring. "Tamatlah riwayatnya" aku berhasil menghancurkan spons sial itu. "Tidak, spons itu belum lenyap" kata adikku terbengong. Ku lihat kembali ke tempat cucian piring, ternyata benar. Mahluk itu kembali utuh dengan bentuknya yang terlihat semakin menyebalkan.
"Aku benci kau!" ku bentak spons itu, tapi ia justru seperti kesenangan dibentak. Tak lama kemudian Daniel kembali ke dapur setelah sebelumnya berlari ke kamar. "Barangkali ini bisa membantu" ia menyodorkan buku Ensiklopedia Keanehan. "Aku meminjamnya di perpustakaan kemarin" ia menambahkan.
Aku mulai mencari dan ku temui gambar yang serupa dengan spons itu. Ku lihat keterangan gambar itu, "Ini seekor Grool" apa itu Grool? aku bertanya dalam hati. Kuteruskan membaca "Mahluk dongeng yang hidup di masa lalu, Grool tidak perlu makan apapun. Dia mendapat kekuatan dari nasib buruk."
"Ini tidak masuk akal" gumamku. Tapi aku mengalaminya sendiri, jadi mau tak mau akupun mempercayainya. Aku langsung fokus ke cara membunuhnya dan ku temukan "Grool tidak bisa disingkirkan dengan cara kekerasan" aku berfikirk keras, bagaimana cara menyingkirkan benda ini.
Aku tertarik dengan gambar di halaman selanjutnya. Bentuknya menyerupai kentang dan mulutnya dipenuhi dengan gigi tajam. Ku baca keterangannya "Lanx adalah sepupu Grool. Tapi Lanx jauh lebih berbahaya." aku sedikit merinding dan meneruskan membaca "Begitu menempel pada seseorang , Lanx takkan lepas lagi-sampai selesai menghisap setiap tetes energi dari orang tersebut"
Aku kembali memikirkan Grool itu. Tidak bisa disingkirkan dengan cara kekerasan, aku terus memikirkannya. Tak lama kemudian aku tersenyum. "Akhirnya ku temukan cara membunuhnya" aku bergumam.
Dengan berat hati kuangkat Grool yang berdenyut-denyut dari tempat cucian. Ku pegang dengan lembut, pelan-pelan ku belai dengan sayang. "Mari tidur, Grool kecil, aku sayang kamu. Tidurlah dengan nyenyak, Grool kecil, la la la la" aku bernyanyi semerdu mungkin. "Apa kau sudah mulai gila?" kata adikku keheranan dengan tingkahku. "Sssst!" aku menempelkan jari ke bibirku, kemudian aku menunjuk si Grool "Lihat nih."
Mahluk itu terlihat mengkerut dan berdenyut sekali-kali. Aku terus bernyanyi dengan merdu dengan sayang. Grool itu semakin mengkerut dan mengering di tanganku. Ku angkat spons kerut itu dan menciumnya. Dan tak lama kemudian dia menjadi serpihan kecil melayang-layang di udara. "Beres"
"Tapi bagaimana dia bisa lenyap" tanya adikku keheranan. "Aku menemukan ide ini setelah tahu bahwa dia tidak bisa disingkirkan dengan kekerasan." aku menjawab adikku. "Grool itu saking jahatnya sampai ia tidak tahan disayangi, itulah kesimpulan yang kudapatkan". "Hebat!" seru Daniel.
Ku raih kantong belakangku dan mengeluarkan sejumlah uang. "Hari ini harus dirayakan, kita akan makan es krim sepuasnya". Kami pun segera berlari menuju toko es krim terdekat. Tak lama kemudian kami sampai di toko itu. "Kami minta meja untuk tiga orang." ujar Daniel sambil nyengir. Si pelayan mengantar kami ke meja dan menyerahkan daftar menu. Kami benar-benar senang hari itu karena Grool itu akhirnya pergi juga dan disempurnakan dengan pesta es krim sorenya.
Setelah kenyang kami pulang ke rumah. Aku masuk ke rumah lewat pintu dapur, dan ku lihat Killer menggeram ke kabinet bawah tempat cuci piring. "Hei Killer, kami sudah kenyang makan es krim, sekarang giliranmua" ujarku sambil memberikan semangkuk makanan anjing.
Tapi Killer tidak menggubrisku dan terus menggeram ke arah kabinet. Ku buka pintu kabinet. "Tuh lihat, tidak ada apa-apa disana". Killer memasukkan kepalanya kedalam kabinet, dan kemudian keluar dengan menggigit sesuatu. Ku ambil benda itu "Oh, tenang saja ini hanya sepotong kentang". Aku hendak meyerahkannya kepada Daniel. Tapi tiba-tiba aku tertusuk benda tajam. "Aduh!" aku terkaget.
Kentang itu ku balik di tanganku. Rasanya hangat, dan aku merasakan ia menarik nafas. "Daniel, kayaknya ada yang tidak beres nih." Kentang itu ternyata punya mulut yang penuh gigi tajam.
0 komentar:
Posting Komentar